Maaf, sejak saat aku menyadari kalau kita mustahil bersama, aku memutuskan untuk tidak lagi menghubungimu bahkan membalas pesan basa-basimu. Maaf, aku hanya berusaha menyelamatkan hati kita. Kamu bilang kalau kita jatuh lebih dalam, kita akan lebih merasakan sakit. Maka itu aku berusaha untuk bangun dari jatuh yang sudah begitu menyakitkan ini. Menghindari setiap kemungkinan yang akan membuat kita jatuh lagi.
Sudah berapa banyak hati yang kamu singgahi, setelah hatiku? Sudah ada yang bisa menjadi alasanmu untuk selalu kembali? Sudah ada yang kamu cintai sepenuh hati? Kalau jawabannya sudah dan iya, maka dengan sedikit munafik aku akan turut berbahagia. Pasti kamu akan selalu dihadiahi suka cita.
Hmm rasanya ingin sekali cepat-cepat pergi dari pulau ini, barangkali segera ditemukan si pengganti. Barangkali bisa sesegera mungkin menyembuhkan hati. Barangkali dengan jauh denganmu, aku bisa membuka hatiku untuk orang yang sudah lama menunggu didepan pintu. Karena kenyataannya, aku terlalu sayang menghapus potret-potret kita dihandphone ku. Aku terlalu sayang membuang gambarmu yang tertempel dibalik pintu lemariku. Bahkan aku terlalu enggan menghapus semua tentangmu dari ingatanku. Hah, ternyata cinta sebodoh itu!
Aku tidak akan lagi mengatakan langsung tentang perasaanku padamu, aku cukup menulis apa yang ada dibenakku disini. Karena aku yakin, cepat atau lambat kamu pasti membacanya. Dan kamu pasti tahu, setiap kali aku menulis, pipiku selalu basah. Dan kali ini, bukan kamu yang mengusapnya, bahkan tak satupun.
Setelahnya, aku berusaha tarik napas dan berkata bahwa 'Aku Harus Bisa'. Karena mungkin memang cinta adalah merelakan. Aku merelakanmu..