Dariku, Kepada-Nya, Untukmu
Terimakasih untuk 261 hari belakangan ini. Kamu adalah apa yang selalu aku tulis dalam buku harianku. Kamu adalah apa yang selalu aku ceritakan pada Tuhan. Kamu adalah apa yang selalu aku banggakan didepan teman-temanku. Semua detil tentangmu terekam jelas diingatanku, sehingga aku bisa dengan leluasa menulis bahkan menceritakan segala tentangmu.
Terimakasih untuk 261 hari belakangan ini. Kamu adalah apa yang selalu aku tulis dalam buku harianku. Kamu adalah apa yang selalu aku ceritakan pada Tuhan. Kamu adalah apa yang selalu aku banggakan didepan teman-temanku. Semua detil tentangmu terekam jelas diingatanku, sehingga aku bisa dengan leluasa menulis bahkan menceritakan segala tentangmu.
Terimakasih karena kamu pernah membuat hati ini
merasa tenang.. Maaf aku mengatakan pernah karena mungkin sekarang tak lagi..
Karena mungkin sekarang tidak akan pernah sama lagi seperti dulu. Aku rindu
beberapa detik pelukmu. Aku rindu caramu menjelaskan tentang ilmu sejarah
padaku. Aku rindu caramu memintaku untuk masuk agamamu. Aku rindu suaramu yang
memanggil namaku saat kamu datang ke kediamanku. Aku rindu beberapa waktu yang
lalu saat kita masih baik-baik saja.
Dari sekian banyak yang aku rindu darimu, ada lebih
banyak yang aku benci dari kita. Aku benci
ketika aku tidak bisa memberimu sesuatu dihari ulang tahunmu. Aku benci ketika
kamu tidak sekalipun menemuiku saat hari ulang tahunku. Dan aku benci saat kita
tidak bisa merayakan malam pergantian tahun baru berdua. Aku benci ketika kamu
marah hingga membuatku lebih geram. Aku benci ketika kamu ingkar janji untuk
menjemputku dibandara. Aku benci ketika baru beberapa waktu yang lalu kita
putus, kamu cepat-cepat cari pengganti semudah angin berhembus. Tidakkah kamu
mendua sebelum aku pulang dari Jakarta? Kenapa hatiku rasanya seremuk ini? Sakit…
Sampai saat ini, aku masih sendiri. Aku memutuskan
untuk menyendiri karena aku tahu, sekalipun aku cari pengganti, ia hanya akan
menjadi pelarian hati. Aku tidak ingin menyakiti siapa-siapa, terlebih hatiku
sendiri. Aku cukup mencintaimu dalam hati, kemudian hatiku ku serahkan pada
Tuhan. Biar Dia yang menjaganya. Menjaga perasaanku. Menjaga bahagiamu..