Senin, 25 April 2016

Kalau boleh jujur, aku ingin bilang jika selama ini aku tidak benar-benar pergi. Aku masih disini, menanti barangkali Tuhan memberi izin untuk kita bersama tanpa bicara soal agama kita yang berbeda. Barangkali Tuhan memberi isyarat kalau cinta memang tidak memandang bagaimana  cara kita menyembah-Nya. Aku masih disini, berharap kita akan baik-baik saja selamanya. Tapi hari ini aku memberanikan hati untuk memilih melangkah pergi. Benar-benar pergi, karena hari ini kamu meyakinkanku bahwa sekarang bukan aku pengisi hatimu. Kamu menegaskan bahwa selama ini hanya aku yang menunggu. Tidak denganmu. Jadi sia-sia selama ini aku menunggu? Jadi sudah ada penggantiku diruang pikirmu? Kenapa masih bilang cinta kalau sudah ada dia? Apa aku terlalu bodoh menanti yang tak pantas dinanti? Aku pikir kita sama-sama mendekap dengan doa. Ternyata aku salah. Dan sampai detik ini, aku masih mendoakan kebahagiaanmu. Meskipun bukan denganku, semoga bahagia dengan pilihannu. Mendewasalah ! Karena cinta bukan hanya tentang kesenanganmu.
Aku ingat 352 hari yang lalu, dimana kita awal bertemu, hanya dengan kamu tersenyum semudah itu aku menjatuhkan hati. Dan setelah 352 hari, hari ini hatiku semakin jatuh lagi, tapi kali ini jatuh ke dalam lautan yang aku sendiri tidak mampu menyelamatkannya. Aku tidak bisa berenang, aku tidak tahu harus bagaimana.
Dan hari ini juga, kamu yang bilang kalau kamu membenciku. Padahal harusnya aku yang membencimu. Baiklah, barangkali Tuhan telah menyiapkan penggantimu. Aku ikhlas kebencianmu yang akan membantumu untuk tidak hadir lagi dihidupku selamanya. Pergilah ! Berbalik arah !! Aku pun juga. Aku pergi.

Sabtu, 16 April 2016

Hi, apa kabar?
Maaf, sejak saat aku menyadari kalau kita mustahil bersama, aku memutuskan untuk tidak lagi menghubungimu bahkan membalas pesan basa-basimu. Maaf, aku hanya berusaha menyelamatkan hati kita. Kamu bilang kalau kita jatuh lebih dalam, kita akan lebih merasakan sakit. Maka itu aku berusaha untuk bangun dari jatuh yang sudah begitu menyakitkan ini. Menghindari setiap kemungkinan yang akan membuat kita jatuh lagi.
Sudah berapa banyak hati yang kamu singgahi, setelah hatiku? Sudah ada yang bisa menjadi alasanmu untuk selalu kembali? Sudah ada yang kamu cintai sepenuh hati? Kalau jawabannya sudah dan iya, maka dengan sedikit munafik aku akan turut berbahagia. Pasti kamu akan selalu dihadiahi suka cita.
Hmm rasanya ingin sekali cepat-cepat pergi dari pulau ini, barangkali segera ditemukan si pengganti. Barangkali bisa sesegera mungkin menyembuhkan hati. Barangkali dengan jauh denganmu, aku bisa membuka hatiku untuk orang yang sudah lama menunggu didepan pintu. Karena kenyataannya, aku terlalu sayang menghapus potret-potret kita dihandphone ku. Aku terlalu sayang membuang gambarmu yang tertempel dibalik pintu lemariku. Bahkan aku terlalu enggan menghapus semua tentangmu dari ingatanku. Hah, ternyata cinta sebodoh itu!
Aku tidak akan lagi mengatakan langsung tentang perasaanku padamu, aku cukup menulis apa yang ada dibenakku disini. Karena aku yakin, cepat atau lambat kamu pasti membacanya. Dan kamu pasti tahu, setiap kali aku menulis, pipiku selalu basah. Dan kali ini, bukan kamu yang mengusapnya, bahkan tak satupun.
Setelahnya, aku berusaha tarik napas dan berkata bahwa 'Aku Harus Bisa'. Karena mungkin memang cinta adalah merelakan. Aku merelakanmu..

Sleeping is so hard when i can't stop thinking about you